Provinsi Jawa Barat turut memeriahkan Hari Kebudayaan Nasional yang pertama dalam sejarah Indonesia. Seluruh provinsi di Indonesia menampilkan masing-masing tradisi dan seni budayanya di Benteng Vredeburg, Yogyakarta.

Jawa Barat sendiri menampilkan pertunjukan seni budaya Boles (Bola Leungeun Seneu) atau main lempar bola api dan Ngagotong Lisung asal Kota Sukabumi pada Sabtu 18 Oktober 2025.

Selain menjadi ikon budaya Kota Sukabumi, Boles juga telah ditetapkan oleh Kementerian Kebudayaan RI sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia pada 2024.

Permainan Boles memiliki makna filosofis yang mendalam. Ketika para pesilat memainkan bola api sebagai gambaran mengendalikan hawa nafsu.

Tujuan bisa dimenangkan ketika pemain berhasil memasukkan bola api ke dalam keranjang.

Makna utama dari seni budaya boles yakni sebagai manusia harus bisa mengendalikan hawa nafsu dan berdzikir kepada Allah SWT untuk mencapai suatu tujuan.

“Seni budaya main Boles dan Ngagotong Lisung di bawah Museum Prabu Siliwangi dan Ponpes Dzikir Al Fath diminta tampil untuk memeriahkan Hari Kebudayaan Nasional yang pertama kali diselenggarakan di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diikuti oleh seluruh provinsi di Indonesia. Alhamdulillah seni budaya main Boles, Ngagotong Lisung mewakili Provinsi Jawa Barat,” kata pencipta kesenian Boles dan Ngagotong Lisung, Fajar Laksana.

Melalui pengembangan dan pelestarian Boles dan Ngagotong Lisung, menurutnya dapat memperkuat potensi wisata budaya di Kota Sukabumi, Jawa Barat.

“Ini memberikan motivasi kuat untuk terus berkarya dan memiliki produk yang memiliki keunggulan di bidang pariwisata sehingga menarik dunia pariwisata. Dan bisa mendatangkan turis mancanegara dan lokal untuk sama-sama mencintai budaya kita sebagai suatu keunggulan dan jati diri bangsa negara kita,” paparnya.

Dia mengapresiasi Kementerian Kebudayaan (Kemenkebud) yang telah membuat tonggak sejarah dengan menetapkan Hari Kebudayaan Nasional pada 17 Oktober 2025. Harapannya, pengembangan seni budaya dapat didukung oleh pemerintah dengan mengadakan event-event budaya skala regional hingga internasional.

“Alhamdulillah dengan adanya Menteri Kebudayaan pertama kali sejak Indonesia berdiri dan merdeka, maka kebudayaan Indonesia semakin bisa menunjukkan jati dirinya dan memberikan keunggulan buat bangsa dan negara ini. Sehingga Indonesia punya budaya sejati yang memberikan bukti bahwa Indonesia itu negara maju, negara yang berbudaya yang menyebabkan kita bangga sebagai bangsa Indonesia,” tuturnya.

“Diharapkan pemerintah bisa memberikan fasilitas untuk membuka event-event serupa sehingga seni budaya kita bisa ditampilkan baik di lokal, regional maupun internasional,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Jawa Barat pada Kementerian Kebudayaan, Retno Raswaty menyampaikan, pemilihan Boles dan Ngagotong Lisung untuk mewakili Jawa Barat karena di dalamnya bukan sekadar menampilkan keindahan, namun juga terdapat makna filosofis yang dapat menjadi pegangan hidup.

“Ada nilai-nilai di dalamnya dari nilai keagamaannya kemudian pancasilanya. Jadi pastinya dengan mempelajari Boles dan lain-lain itu berarti kita mengajak generasi muda untuk bisa tetap patuh pada ajaran agamanya, kenal dan paham tentang nilai budaya dan filosofi terbentuknya budaya kita. Kemudian mengamalkan di kemudian hari dan dalam kehidupan kesehariannya,” ujarnya.

Dengan penampilan Boles dan Ngagotong Lisung, dia berharap, masyarakat luas dapat melihat bahwa seni budaya di Jawa Barat memiliki nilai-nilai keagamaan dan Pancasila yang luhur yang telah menjadi tingkah laku hidup.

“Harapan saya itu tadi buat semua orang tahu bahwa Jawa Barat itu luar biasa. Seni itu tumbuh dan hidup di dalam diri masyarakat bersandarkan kepada nilai-nilai keagamaan, kemudian Pancasila sebagai dasar negara kita. Pastinya kita berharap seni ini semakin meluas bukan karena gerakan dan lakunya tapi juga nilai yang ada di dalamnya,” jelasnya.

Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon menyampaikan, penetapan Hari Kebudayaan Nasional sebagai komitmen pemerintah untuk membangun bangsa Indonesia berlandaskan nilai-nilai kebudayaan.

“Hari Kebudayaan Nasional bukan sekadar peringatan, tetapi pernyataan jati diri bangsa Indonesia. Kita ingin seluruh rakyat menyadari bahwa kebudayaan bukan hanya milik masa lalu, melainkan kekuatan yang membentuk masa depan. Tanpa kebudayaan, bangsa akan kehilangan arah,” ucap Fadli.

Fadli menambahkan bahwa pemilihan 17 Oktober memiliki makna filosofis yang dalam. 17 Oktober 1951 adalah hari ketika Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo menetapkan Lambang Negara Garuda Pancasila serta semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” melalui Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951. Bagi para pengusul, peristiwa tersebut menjadi simbol penting tentang kesatuan dalam keberagaman — jiwa dari kebudayaan Indonesia.

“Pada tanggal itulah Garuda Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika disahkan. Dua simbol yang menegaskan siapa kita sebagai bangsa. Oleh karena itu, Hari Kebudayaan Nasional harus menjadi momentum untuk menghidupkan kembali semangat persatuan dan kebanggaan budaya Indonesia,” pungkasnya.

Perayaan Hari Kebudayaan Nasional (HKN) digelar di Benteng Vredeburg, Yogyakarta dari 16 sampai 18 Oktober 2025 dengan berbagai kegiatan. Mulai dari pawai budaya, pameran seni rupa, pertunjukan teater dan tari tradisional, hingga konser musik.

Kategori: koran gala

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *